Varietas bawang putih yang cocok dikembangkan di dataran rendah adalah sebagai berikut. a. Lumbu putih Daerah yang pertama mengembangkannya adalah Yogyakarta. Umbinya berwama putih. umbi memiliki berat sekitar 7 g dengan diameter 3-3,5 cm, jumlah siung per umbi 15-20 buah. Daun berukuran sempit, lebamya kurang dari 1 cm. Posisi daun tegak. Produksi rata-ratanya 4-7 ton/ha. b. Jati barang Banyak dikembangkan di daerah Brebes, Jawa Tengah. Umbinya tak putih benar melainkan kekuningan tetapi kulit luamya tetap putih. Penampilan umbi agak kecil, diameter sekitar 3,5 cm. Sebuah umbi memiliki berat sekitar 10-13 g. Ada 15-20 siung yang tersusun secara tak teratur pada umbi. Rata-rata produksinya antara 3-3,5 ton/ha. c. Bagor Varietas ini berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Kulit umbinya yang putih buram berdiameter 3-3,5 cm. Umbinya berwama kuning. Bentuk umbi tak terlalu bulat melainkan agak lonjong. Berat sebuah umbi hanya 8-10 g dengan jumlah siung 14-21 per umbi. Dari satu hektar lahan dapat dihasilkan 5-7 ton bawang putih. d. Sanur Bawang putih varietas sanur banyak dikembangkan di Pulau Dewata, Bali. Umbinya berukuran besar, berdiameter 3,5-4 cm. Sebuah umbi memiliki berat 10-13 g. Selubung kulit berwarna putih, umbinya sendiri berwarna kuning. Susunan siung pada umbi tidak teratur dengan jumlah siung per umbi 15-20 buah. Hasil umbi yang dapat dipanen sekitar 4-6 ton/ha. Varietas bawang putih yang terkenal seperti lumbu hijau dan lumbu kuning kurang mampu beradaptasi dengan dataran rendah. Lumbu hijau cocok untuk dataran tinggi, sedangkan lumbu kuning masih toleran dengan dataran medium.
Manfaat
Sebagai bumbu dan obat.
Syarat Tumbuh
Kendala budi daya bawang putih dataran rendah ialah bila tak terpenuhinya cuaca yang sejuk dan kering saat pembentukan umbi. Untuk mengakalinya, bawang putih ditanam pada bulan Mei, Juni, atau Juli. Menanam pada musim hujan tak dianjurkan karena tanah jadi terlalu basah dan temperatumya tak baik untuk pertumbuhan umbi. Tanah yang disukai bawang putih pH-nya 6,5-7,5. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam harus diberi kapur dahulu hingga mendekati netral.
Pedoman Budidaya
Bibit: Bibit bawang putih yang baik penting untuk mendapatkan pertumbuhan lapang dan hasil yang tinggi. Sebaiknya bibit bawang putih memenuhi kriteria-kritcria berikut. a.Bagian pangkal batang padat (berisi penuh dan keras). b.Siung berpenampilan licin dan tegar, tidak kisut. c.Tunas terlihat segar bila siung dipatahkan. d.Berat siung sekitar 1,5-3 g, bentuk normal. e.Bebas hama-penyakit. Bila bibit yang digunakan beratnya 3 g/siung maka kebutuhan per hektarnya adalah 1.600 kg. Sedang untuk ukuran siung yang kecil (sekitar 1 g) menghabiskan 670 kg/ha. Meskipun yang ditanam sebagai bibit adalah siung, tetapi kalau membeli bibit sebaiknya dalam bentuk umbi. Hal itu disebabkan bawang putih dalam bentuk umbi lebih tahan lama daripada bentuk siung. Umbi boleh dipecah menjadi siung paling tidak 1-2 hari sebelum tanam. Penanaman: Sawah yang sudah ditanami padi adalah lahan yang cocok untuk bawang putih dataran rendah. Petani memang sering menyeling penanaman sawahnya. Bila sawah ingin ditanami palawija juga maka pola tanam yang dianjurkan adalah sebagai berikut :padi-bawang putih-jagung-padi-bawang putih. Sebelum penanaman, lahan diolah terlebih dahulu. Tanah yang asam dinetralkan sebulan sebelum tanam. Bila pH kurang dari 6, dosis kapumya sekitar 1-2 ton/ha. Seandainya bekas panen pada sawah masih ada maka perlu dibersihkan. Lantas buat bedengan-bedengan yang lebarnya 80-120 cm dan tingginya 40 cm. Panjang bedengan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan antara 10-20 cm. Nantinya ini akan berguna sebagai saluran air dan tempat lalu lalang saat melakukan pemeliharaan atau panen. Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus dibajak atau dicangkul hingga benar-benar gembur. Bila tak gembur, bisa berakibat fatal pada produksi. Seperti diketahui bawang putih adalah tanaman yang dipanen umbinya. Prinsip budi daya yang diterapkan adalah mengupayakan semaksimal mungkin pertumbuhan umbi tersebut. Tanpa tanah yang gembur umbi akan sulit berkembang. Setelah tanah gembur, dilanjutkan dengan pembuatan bedengan dan saluran air serta pengapuran bila tanah bereaksi asam. Jarak tanarn benih disesuaikan dengan ukuran siung benih yang dipakai. Siung besar membutuhkan jarak tanam renggang sekitar 15 x 10 cm. Untuk pembibitan digunakan jarak tanam 10 x 10 cm. Posisi siung saat ditanam tegak. Kedalamannya 5-7 cm dari permukaan tanah.
Pemeliharaan
Pemeliharaan: Mulsa perlu diberikan setelah bibit ditanam. Mulsa yang murah adalah alang-alang atau jerami padi. Tutupi bedengan secara merata setebal 3 cm. Gulma secara tak langsung sudah terhalang pertumbuhannya dengan adanya mulsa. Akan tetapi, gulma yang tumbuh di saluran air atau di sela-sela mulsa tetap perlu dicabut. Apabila arcal pertanaman bawang putih cukup luas maka gulma dapat diberantas dengan herbisida TOK 50 WP. Saluran air yang dibuat perlu dialiri agar tanaman tumbuh baik. Bila musim hujan penyiraman hanya dilakukan saat lahan tampak kekurangan air. Saat musim kemarau pcrlu pengairan sendiri yang intensif. Caranya dapat dengan melakukan penyiraman ke bedengan pertanaman ataupun dengan penggenangan saluran-saluran air. Pemupukan: Lahan seluas satu hektar membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10-20 ton. Pemberiannya cukup dengan cara mencampurkan secara merata pada bedengan. Pemberian pupuk kandang umumnya pada saat pengolahan tanah atau sebelum tanam. Tambahan pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan ZK juga perlu. Dosisnya adalah Urea 200 kg, TSP 130 kg, dan ZK 200 kg per hektar. Pemberian dilakukan secara bertahap, yakni saat tanaman berumur 15, 30, dan 40 hari.
Hama dan Penyakit
Jenis hama yang sering mengganggu tanaman bawang putih antara lain Thrips tabaci atau hama bodas. Gejala serangan terlihat pada daun berupa bercak mengilap dan luka bekas gigitan yang berbentuk bintik-bintik berwama putih. Perkembangan dan penyebaran hama ini cepat sekali. Cara mengatasinya dengan insektisida fosfororganik, seperti Bayrusil 250 EC yang mengandung bahan aktif kuinalfos, Mesurol 50 WP yang mengandung bahan aktif merkaptodimetur, ataupun Azodrin 15 WSC dan Nuvacron 20 SCW yang mengandung bahan aktif monokotofos. Konsentrasi insektisida yang dipakai 2 ml/l air. Semprotkan setiap 7 hari sekali saat tanaman baru tumbuh hingga berumur 10 minggu sebagai pencegahan. Tanaman bawang putih yang diserang tungau menunjukkan gejala sebagai berikut. Dari kejauhan daun terlihat berwarna abu-abu karena cairan daunnya dihisap tungau. Bila musim kemarau lebih banyak lagi tungau yang menyerang. Karena tak begitu berbahaya, hama ini kurang ditakuti. Untuk pengendaliannya, digunakan akarisida, seperti Meotrin 50 EC yang mengandung bahan aktif fenpropatrin atau Roxion 40 EC yang mengandung bahan aktif dimetoat. Konsentrasinya 2 ml/l air. Penyemprotan dimulai sejak tanaman berumur 9 minggu hingga 2 minggu sebelum panen dengan selang waktu seminggu sekali. Penyakit mati ujung daun disebabkan oleh cendawan Phytophtora porri. Mula-mula ujung daun berbercak kuning. Setelah itu cendawan turun ke bawah dan ujung daun mengering berwama pulih. Akhimya daun mati seperti dipilin. Bila cuaca lembap, kerusakan akan lebih parah. Tindakan penanggulangannya adalah dengan memberikan fungisida Benlate dengan konsentrasi 0,5 g/l air. Bisa juga dengan menyemprotkan Dithane M-45 dengan konsentrasi 1-2 g/l. Sejak tanam hingga umur 60 hari fungisida disemprotkan dengan interval 7 hari. Penyakit downy mildew atau embun tepung disebabkan oleh mikroorganisme Perenospora destructor. Gejala serangannya dimulai dengan munculnya bintik abu-abu atau hijau pucat. Warna bintik berubah menjadi ungu kemudian kuning. Daun mengering, menjalar hingga ke pangkal. Akhirnya daun seperti tertutup tepung hitam yang merupakan cendawan itu sendiri. Untuk penanggulangannya semprotkan Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/l. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali. Saat cuaca berkabut atau hujan jarak semprot bisa dirapatkan menjadi 2 kali seminggu. Waktu semprot mulai dari tanaman berumur 15 hari hingga 2 minggu sebelum panen.
Panen dan Pasca Panen
Bila ditanam sekitar Mei-Juli maka bulan Agustus-Oktober sudah dapat dipanen. Panen dilakukan saat tanaman berumur 90--120 hari dari saat tanam. Ciri-ciri bawang putih siap panen terlihat pada daunnya yang menguning atau kering serta tangkai batang yang mengeras. Bila ciri-ciri ini terlihat sudah 50 % dari total tanaman maka panen dapat dilakukan. Panen dilakukan dengan cara mencabut semua bagian tanaman. Di sentral produksi bawang putih panen biasa dilakukan Dengan serombongan tenaga kerja yang terkoordinir. Maksudnya agar panen tak memakan waktu terlalu lama dan hasil per petak atau per hektarnya segera diketahui. Kebanyakan petani mengumpulkan bawang putih dalam bentuk ikatan-ikatan. Satu ikat biasanya terdiri dari 30 tangkai. Akar dan daun dibuang dengan menyisakan pangkal daunnya. Selanjutnya tindakan pasca panen dilakukan agar pangkal daun menjadi kering. Untuk ini dilakukan penjemuran selama 15 hari. Sinar matahari terik tidak boleh langsung mengenai umbi bawang putih. Oleh karena itu, lebih baik dijemur di teritisan rumah atau Tempat terlindung. Pada malam hari umbi diletakkan di tempat terlindung. Setelah kering umbi diletakkan di para-para bambu atau gudang yang baik. Sebaiknya gudang difumigasi dahulu agar bebas hama. Pestisida Photoxin 55 % bisa disemprotkan sebagai Fumigan.
Monday, March 22, 2010
Home »
Tanaman Sayur
»
Budidaya tanaman BAWANG PUTIH
Budidaya tanaman BAWANG PUTIH
Monday, March 22, 2010