Saturday, March 27, 2010

Home » , , » Budidaya Kayu putih

Budidaya Kayu putih

Saturday, March 27, 2010

Pengelolaan hutan selama kurang lebih tiga dekade telah menimbulkan dampak luasnya hutan yang terdegradasi. Oleh karena itu, tekanan pada hutan alam harus dikurangi, dan untuk itu Departemen Kehutanan telah menetapkan orientasi kebijakan pembangunan kehutanan ke depan merupakan era rehabilitasi dan konservasi.
Sebagai bagian dari kebijakan jangka panjang tersebut, Departemen Kehutanan telah menetapkan 5 (lima) kebijakan prioritas yang meliputi pemberantasan penebangan liar, penanggulangan kebakaran hutan, restrukturisasi sektor kehutanan, rehabilitasi lahan dan konservasi sumberdaya hutan dan penguatan desentralisasi kehutanan dengan payung "§ocial Forestry".



Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sebagal unit penyedia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bawah Departemen Kehutanan berfungsi antara lain menyediakan informasi teknologi untuk mendukung pembangunan hutan yang berkelanjutan.
Buku petunjuk praktis ini merupakan salah satu media untuk alih IPTEK kepada pengguna termasuk para penyuluh dan masyarakat, khususnya terkait dengan penyelenggaraan "Social Forestry"
Kehadiran buku saku ini diharapkan berdampak positif dan bermanfaat bagi pengembangan jenis-jenis tanaman hutan.
2. Kayu putih (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi) tersebar secara alami di kepulauan Maluku dan Australia bagian utara. Jenis ini telah berkembang luas di Indonesia, terutama di pulau Jawa dan Maluku dengan memanfaatkan daunnya untuk disuling secara tradisional oleh masyarakat maupun secara komersial menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini mempunyai daur biologis yang panjang, cepat tumbuh, dapat tumbuh baik pada tanah yang berdrainase baik maupun jelek dengan kadar garam tinggi maupun asam dan toleran ditempat terbuka serta tahan terhadap kebakaran.
3. Penelitian P3BPTH pada Kebun Benih semai uji keturunan jenis Kayu putih di Gunungkidul diperoleh estimasi peningkatan genetik untuk rendemen minyak sebesar 21% terhadap rata-rata populasi pada kebun benih, akan tetapi bila dibandingkan dengan rendemen yang dihasilkan dari pabrik, peningkatan rendemen minyak lebih dari 100%.
4. Terhadap kadar 1,8 cyneole, peningkatan yang dihasilkan sebesar 10%. Sedangkan untuk sifat pertumbuhan tanaman diperoleh peningkatan sebesar 15 - 20%. Dengan peningkatan rendemen minyak sebesar 100%, maka diharapkan produksi minyak kayu putih dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 2 kali dengan luasan tanaman yang sama (Susanto, M. 2001).
5. Pembuatan bibit dapat dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif.
6. PEMBUATAN BIBIT 2.1. Secara Generatif
Tahapan yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit secara generatif adalah pengumpulan benih dan kegiatan di persemaian.
2.1.1. Pengumpulan Benih
Beberapa hal yang pertu diperhatikan untuk mendapatkan benih kayu putih yang baik adalah :
1. Pohon induk terseleksi yang dipilih harus memiliki fenotip dan genotipe unggul seperti : sehat, pertajukan rindang, berbuah lebat serta mempunyai kandungan rendemen minyak dan kandungan sineol yang tinggi.
2. Pohon induk dipilih dari sumber benih yang baik, yaitu dari Kebun Benih, atau dari Areal Produksi Benih (APB) ataupun dari pohon yang terseleksi (pohon plus).
3. Pengumpulan buah sebaiknya pada musim panen raya. Biasanya musim berbunga mulai bulan Maret dan masa berbuah lebat pada bulan September.
4. Pohon induk yang berbuah lebat dipanjat untuk memilih buah yang telah masak, yaitu yang berwama kecoklatan.
5. Memetik buah yang masak dari tangkai buah dan tidak perlu memotong dahan, agar pohon induk tidak terganggu proses reproduksinya.
6. Pemisahan benih (ekstraksi benih) dari buah yang masak sangat mudah, cukup dijemur di bawah sinar matahari dan benih akan lepas dengan sendirinya.
7. ukuran benih kayu putih sangat halus, sehingga pada waktu pengumpulan benih agar menghindari dari tiupan angin. Setiap gram benih kayu putih yang baik rata-rata dapat menghasilkan 2.700 bibit (Doran et al, 1998, dalam Susanto, 2001).
8. Penyimpanan benih di lakukan pada kondisi kering dengan kelembaban 5 - 8% dalam refrigerator (lemari es) pada suhu 3-5oC. Dengan kondisi demikian benih dapat bertahan sampai beberapa tahun.
2.1.2. Persemaian Persyaratan areal persemaian antara lain mudah dijangkau, sumber air (ketersediaan air) cukup, topografi relatif datar, tenaga kerja relatif mudah diperoleh, terhindar dari penggembalaan dan terdapat saluran (drainase) pembuangan air yang baik.
Persiapan media tabur :
o Menyiapkan bak tabur dengan lubang drainase dibawahnya. Bak tabur tidak perlu terlalu luas karena ukuran benih sangat halus, cukup dengan bak plastik ukurati 25 x 35 x 10 cm beberapa buah.
o Media tabur cukup menggunakan pasir steril dengan cara dijemur dibawah sinar matahari, atau digoreng kering (sangrai), atau disemprot dengan fungisida (Benlate).
o Media tabur tidak padat, dan harus mempunyai porositas yang baik (pasir) sehingga tidak merusak perakaran pada saat disapih.
o Pada tahap ini media tidak perlu subur atau dipupuk, karena sifatnya sementara dan kecambah masih memiliki nutrisi bawaan dari lembaganya (cotyledon)
Penaburan
13. Benih sebelum ditabur sebaiknya dicampur pasir halus yang steril, agar benih tidak menggumpal (menggerombol) mengingat ukuran benih sangat halus.
14. Benih ditabur merata di atas bak tabur, kemudian ditutup dengan sedikit lapisan pasir halus agar benih tidak mudah terbang
15. Untuk menjaga kelembaban dan tiupan angin, sebaiknya bak tabur ditutup plastik transparan (sungkup)
16. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer halus pada pagi dan sore hari agar media tabur selalu basah (lembab). Setelah pekerjaan penyiraman selesai, plastik ditutup kembali, karena benih akan berkecambah apabila cahaya, oksigen dan air cukup tersedia.
17. Setelah ± 5 hari dibedeng tabur benih mulai berkecambah, dan + 2 minggu siap untuk dipindah ke bedeng sapih.
18. Menyiapkan bedeng sapih dengan ukuran 5m x 1m agar memudahkan dalam perawatan.
19. Media sapih yang digunakan sebaiknya mempunyai kandungan nutrisi yang lebih lengkap, yaitu dengan menggunakan media tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7:2:1.
20. Media dimasukkan kedalam kantong plastik (polybag). Ukuran polybag yang digunakan tidak perlu terlalu besar, karena batang dan tajuk semai kayu putih ukurannya relatif ramping, sehingga cukup menggunakan ukuran 9cm x 12cm.
21. Apabila menggunakan potrays, maka media yang digunakan adalah yang dapat kompak dengan akar serabut tanaman, sehingga pada saat dilepas dari potrays media tidak hancur. Disarankan menggunakan bahan organik tanaman dicampur dengan kompos.
22. Kantong plastik (polybag) sebaiknya disusun teratur di bedeng sapih yang telah disiapkan, untuk memudahkan perawatan dan menghitung jumlah bibit.
23. Pemasangan naungan cabaya (paranet 75%) selama 3 bulan agar intensitas cabaya tidak terlalu tinggi terutama pada saat siang hari dan lebih baik lagi naungan dapat dibuka pada pagi hari agar cahaya pagi (ultra violet) dapat mengenai bibit dan media sehingga pertumbuhan bibit lebih sehat.
24. Pemasangan sungkup plastik transparan di bedeng sapih agar kelembaban dapat terjaga. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan pemberian sungkup plastik transparan dapat menekan kematian bibit. Pekerjaan ini sebaiknya sudah siap sebelum dilakukan pekerjaan penaburan.
Penyapihan
25. Karakteristik semai kayu putih sangat khas dibandingkan jenis tanaman hutan lainnya sehingga memerlukan perlakuan khusus.
26. Setelah bibit berada selama 2 minggu di bedeng tabur, atau tumbuh daun 2 helai atau lebih dan tinggi lebih dari 1cm, maka bibit segera dipindahkan ke bedeng sapih. Penyapihan sebaiknya menggunakan alat pinset, karena kondisi semai sangat kecil dan peka terhadap gesekan.
27. Apabila jarak antara bak tabur berjauhan dengan areal penyapihan, maka bibit dari bedeng tabur diambil dan dipindahkan ke kotak plastik yang berisi air bersih, agar bibit tidak cacat dan tidak kekeringan.
28. Dibuat lubang tanam pada media sapih di polybag sedalam panjang akarnya (3-5cm) agar perakaran tidak melipat/patah. Bibit ditanam perlahan kemudian ditutup dengan media serta dipadatkan dengan ditekan perlahan. Diusahakan agar perakaran jangan sampai melipat.
29. Setelah disapih, dilakukan penyiraman halus (kabut) dengan menggunakan pompa sprayer (nozel halus), mengingat tinggi bibit rata-rata 1 cm, dan mudah roboh.
30. Lebih baik dipasang sungkup plastik agar kelembaban lingkungan bibit dapat terjaga dan bibit terlindungi dari gangguan hama pengganggu (burung, belalang, katak, tikus dan sebagainya). Sungkup dapat dibuka setelah semai berumur 8 minggu.

Pemeliharaan
Penyiraman sampai umur 2 bulan dengan sprayer halus, dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada fase in kecambah kayu putih pertumbuhannya lambat, bahkan tampak seperti berhenti (dorman) berkisar antara 7-8 minggu. Tinggi semai rata-rata masih 1-2cm, sehingga penyiraman perlu dilakukan dengan hati-hati karena sistem perakaran dan batang masih sangat rentan dan mudah patah.
Penggunakan alat sprayer halus akan berdampak baik terhadap bibit karena dapat mengurangi pengaruh kinetik semprotan air terhadap semai yang baru berkecambah.
Setelah tinggi bibit lebih dari 15 cm, penyiraman dapat menggunakan sprayer yang agak besar atau gembor, karena kondisi perakaran cukup kuat. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari secara rutin pada pagi dan sore.
Penyiangan (weeding), yaitu pekeraan pembersihan dari tanaman pengganggu yang ada pada polybag (biasanya dari jenis rumput) dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati karena akan mengganggu akar kayu putih. Apabila gulmanya lebih besar dari kayu putih, lebih baik batang gulma dipotong/ digunting.
Pendangiran, berupa pekerjaan penggemburan permukaan media agar aerasi menjadi baik dan perakaran menjadi sempurna. Dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pembersihan gulma.
Untuk memacu pertumbuhan bibit dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK (I5:15:15), yang dilarutkan dan disemprotkan setiap 2 minggu sekali. Atau pemberian pupuk butiran NPK sebanyak 2-3 butir per polybag setiap 2 minggu sekali.
Hama yang umumnya menyerang dan mengganggu di persemaian adalah ulat dan belalang. Serangan hama pengganggu dapat dicegah dengan cara penyemprotan insektisida. Binatang pengganggu yang umumnya dijumpai adalah burung yang mencari makanan di persemaian. Pencegahan dilakukan dengan memberi naungan berupa sharlon/paranet, atau menggunakan sungkup plastik.
Pemotongan cabang/bakal cabang dan akar yang keluar menembus polybag pada bibit tua yang belum dipindah ke lapangan, dimaksudkan agar percabangan tidak terlalu banyak dan akar bibit tidak rusak pada saat dipindahkan kelapangan. More info www.vitroculture.blogspot.com

Budidaya Tanaman Lainnya:



 
Copyright 2011. vitroculture.blogspot.com . All rights reserved